Efek Blog
Efek Blog
Efek Blog
Toad Jumping Up and Down

Kamis, 22 Desember 2016

SASTRAWAN ARAB MODERN



EDWAR AL KHARRATH

            Edwar Al Kharrath adalah seorang sastrawan yang merupakan novelis, penulis, sekaligus kritikus Mesir. Ia lahir di Alexandria pada tanggal 16 Maret 1926 dalam keluarga pemeluk Kristen Kibthi. Alexandria merupakan sebuah kota yang kaya dengan berbagai macam karya. Pada usia 17 tahun dia menjadi pencari nafkah tunggal keluarganya setelah ayahnya meninggal dunia. Meskipun harus memikul tanggung jawab yang berat, ia berhasil menyelesaikan gelar sarjana hukum di Universitas Alexandria pada tahun 1946. Setelah lulus, Al Kharrath bekerja di berbagai macam bidang, termasuk perbankan dan asuransi, namun tidak dalam bidang sastra sampai tahun 1955, ketika ia menjadi penerjemah di kedutaan Rumania di Kairo. Dua tahun kemudian setelah kelulusannya, ia dijebloskan kedalam penjara karena menjadi anggota sebuah kelompok politik sayap kiri yaitu Gerakan Revolusioner Nasional di Alexandria dan ditangkap pada tanggal 15 Mei 1948. Ia dibebaskan pada tahun 1950.
            Pemikiran Al Kharrath terbentuk oleh pengaruh budaya yang beragam, termasuk warisan Kristen Kibthi, budaya Arab Mesir, dan tradisi sastra Barat. Buku yang pertama kali dibacanya adalah kumpulan himne Kristen. Pada usia 10 tahun, dia juga telah membaca “Seribu Satu Malam”, sebuah buku yang masih mempesona bagi dirinya. Dia merupakan penyerap tradisi sastra Arab yang kaya, baik sastra yang populer maupun klasik. Secara mendasar adalah bagaimana Al Kharrath menggambarkan pengaruh warisan Arab pada dirinya. Ia menekankan pada warisan ini bahwa warisan tersebut merupakan sesuatu yang hidup, kuat, dan sangat kontemporer.
            Dalam segi kebahasaan, pengetahuan Al Kharrath tentang bahasa Perancis dan bahasa Inggris digunakannya untuk membiasakan diri dengan sastra klasik Barat, terutama karya-karya penyair yang beraliran romantisme. Ia telah menerjemahkan puisi Keats dan Shelley ke dalam bahasa Arab, selain itu juga karya dari para novelis Rusia klasik terutama Dostoevsky. Kombinasi dari pengaruh yang beragam ini, sebagaimana yang telah disempurnakan melalui wadah jenius kreatif yang dimiliki oleh Al Kharrath, telah menghasilkan beberapa karya sastra yang sangat berpengaruh dalam sastra Arab modern.
            Edwar Al Kharrath telah merilis lebih dari 50 cerita pendek, syi’ir, ataupun kritikan. Selain itu ia juga telah menerjemahkan empat belas buku dan juga sejumlah drama ke dalam bahasa Arab. Al Kharrath memulai karir sastranya sebagai penulis cerita pendek. Koleksi pertamanya adalah “Hiitan ‘Alia”, yang diterbitkan pada tahun 1959. Dalam buku ini, menurut seorang kritikus Mesir yang bernama Sabri Hafez, mengemukakan bahwa alur pemikiran Al Kharrath “berenang melawan arus”. Dalam cerita ini, Al Kharrath memperkenalkan bahasa sastra baru yang merongrong bahasa tradisional realisme dengan menyandingkan ke bahasa-bahasa puitis yang kaya dengan simbol-simbol, metafora, dan juga mitos. Dia terus menentang harapan pembaca, sebagaimana yang telah digambarkan pada karya berikutnya tentang cerita pendek “Sa’at Al Kibriya” dan “Ikhtinaqat Al ‘Ishq wal Sabah” yang masing-masing telah diterbitkan pada tahun 1972 dan tahun 1979.
            Al Kharrath digambarkan sebagai salah satu penulis fiksi yang paling berpengaruh di Mesir. Selain itu, dia juga merupakan salah satu penulis paling penting di seluruh dunia Arab. Dia adalah seorang tokoh terkemuka di kalangan penulis Mesir yang dikenal sebagai “Sixties Generation”. Adapun tokoh-tokoh yang semasa dengan Al Kharrath pada saat itu adalah Shon’allah Ibrahim, Baha Tahir, Ibrahim Aslan, Yahya Al Thahir Abdallah, Mohammad Yoesif Al Qu’eid, dan Jamal Al Gitani. Sebagai sosok tertua di antara para penulis tersebut, Al Kharrath memainkan peran mentor dan pendukung untuk seluruh generasi novelis muda dan juga para penyair, yang selalu mencari nasihat dan dorongan. Dia adalah pendiri dan editor sastra dan budaya jurnal penting “Galiri 68”.
            Dua puluh tahun setelah penerbitan buku pertamanya, Al Kharrath mengalihkan perhatiannya kepada sebuah novel yang berjudul “Rama wal Tanin”. Sebuah novel yang terdiri dari 329 halaman dan diterbitkan pada tahun 1980. Dalam novel ini menantang para pembaca untuk mengikuti kisah Mikhael, seorang Kristen, dan wanita yang sangat luar biasa bernama Rama, merupakan seorang Muslim. Novel ini mernggambarkan tentang dialog antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang di dalamnya tercampur unsur dongeng, simbolik, firaun, Yunani, dan juga Islam. Novel ini adalah karya terbaik dalam karya sastra Edwar Al Kharrath pada masa modern. Munculnya novel ini mendapatkan banyak pujian dari para kritikus sebagai terobosan untuk novel Arab, “Rama wal Tanin” penawaran dengan isu-isu modernis, seperti persepsi dan keterasingan subjektif. Al Kharrath menarik perhatian pada proses kreatif itu sendiri dan untuk penggunaan kompleks bahasa. Novel ini telah diterjemahkan oleh Farial Ghazoul dan John Verlenden ke dalam bahasa Inggris. Dari hasil novel inilah yang membuatnya memperoleh Naguib Mahfouz Medal dalam bidang sastra pada tahun 1999.
            Isu-isu ini akan terus menyibukkan dirinya dalam novel-novelnya yang lain, seperti “Al Zaman Al Akhar”, yang diterbitkan pada tahun 1985, “Turabuha Za’faran”, dan “Banat Iskendereya”. Kedua novel ini merupakan semi-otobiografi, lalu masing-masing diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1989 dan 1993. Novel yang berjudul “Turabuha Za’faran” ini, selain diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, juga diterjemahkan dalam bahasa Perancis, Jerman, Italia, Spanyol, Swedia, dan Yunani. Novel ini mengisahkan tentang kehidupan seorang pemuda Kibthi di tanah Saffron. Meskipun mendapatkan perhatian yang relatif sedikit dalam bahasa Inggris, namun tampaknya novel ini dipilih oleh Doris Lessing sebagai Book of The Year pada tahun 1990. Begitu juga dengan novel “Banat Iskendereya” yang juga telah ditejemahkan dalam bahasa Italia dan Perancis. Novel Al Kharrath yang sangat eksperimental ini membuatnya terpandang di mata para kritikus perintis novel modern di Mesir, bahkan juga membuatnya mendapatkan perbandingan dengan Marcel Proust dan James Joyce.
            Sementara pengalaman penjara Al Kharrath ini membuat jalan fiksi, ia menolak untuk melihat artis sebagai promotor salah satu penyebab tertentu. Sebaliknya, dia memandang seni memiliki nilai epistemologis komprehensif yang mengambil bagian dalam pengalaman manusia dengan segala kompleksitasnya. Pengalaman manusia yang kompleks ini, ia menekankan, tidak dapat ditangkap melalui mode naif dan sederhana dari representasi dominan pada tahun 1940-an dan 1950-an, ketika bahasa seharusnya mencerminkan realitas.
            Al Kharrath telah memenangkan beberapa penghargaan sastra bergengsi, termasuk Sultan Al Owais Prize pada tahun 1995 dan Naguib Mahfouz Medal dari American University of cairo pada tahun 1999. Dia pernah diundang untuk St Antony College, Oxford pada tahun 1979 sebagai sarjana tamu dan telah berpartisipasi dalam berbagai festival budaya, termasuk Festival Sastra London pada tahun 1999. Al Kharrath yang menjadi kekuatan pendorong dalam pengembangan novel Mesir Modern, kini dirawat di rumah sakit Anglo di Kairo pada 20 November. Berdasarkan kabar yang telah disampaikan oleh putranya, dia telah mengidap penyakit pneumonia. Dia meninggal dunia di Kairo, Mesir pada tanggal 1 Desember 2015 dalam usia 89 tahun.


DAFTAR RUJUKAN

Tidak ada komentar: