EDWAR AL KHARRATH
Edwar Al Kharrath adalah seorang
sastrawan yang merupakan novelis, penulis, sekaligus kritikus Mesir. Ia lahir
di Alexandria pada tanggal 16 Maret 1926 dalam keluarga pemeluk Kristen Kibthi.
Alexandria merupakan sebuah kota yang kaya dengan berbagai macam karya. Pada
usia 17 tahun dia menjadi pencari nafkah tunggal keluarganya setelah ayahnya
meninggal dunia. Meskipun harus memikul tanggung jawab yang berat, ia berhasil
menyelesaikan gelar sarjana hukum di Universitas Alexandria pada tahun 1946. Setelah
lulus, Al Kharrath bekerja di berbagai macam bidang, termasuk perbankan dan
asuransi, namun tidak dalam bidang sastra sampai tahun 1955, ketika ia menjadi
penerjemah di kedutaan Rumania di Kairo. Dua tahun kemudian setelah
kelulusannya, ia dijebloskan kedalam penjara karena menjadi anggota sebuah
kelompok politik sayap kiri yaitu Gerakan Revolusioner Nasional di Alexandria
dan ditangkap pada tanggal 15 Mei 1948. Ia dibebaskan pada tahun 1950.
Pemikiran Al Kharrath terbentuk oleh
pengaruh budaya yang beragam, termasuk warisan Kristen Kibthi, budaya Arab
Mesir, dan tradisi sastra Barat. Buku yang pertama kali dibacanya adalah
kumpulan himne Kristen. Pada usia 10 tahun, dia juga telah membaca “Seribu Satu
Malam”, sebuah buku yang masih mempesona bagi dirinya. Dia merupakan penyerap
tradisi sastra Arab yang kaya, baik sastra yang populer maupun klasik. Secara
mendasar adalah bagaimana Al Kharrath menggambarkan pengaruh warisan Arab pada
dirinya. Ia menekankan pada warisan ini bahwa warisan tersebut merupakan
sesuatu yang hidup, kuat, dan sangat kontemporer.
Dalam segi kebahasaan, pengetahuan
Al Kharrath tentang bahasa Perancis dan bahasa Inggris digunakannya untuk
membiasakan diri dengan sastra klasik Barat, terutama karya-karya penyair yang
beraliran romantisme. Ia telah menerjemahkan puisi Keats dan Shelley ke
dalam bahasa Arab, selain itu juga karya dari para novelis Rusia klasik
terutama Dostoevsky. Kombinasi dari pengaruh yang beragam ini, sebagaimana yang
telah disempurnakan melalui wadah jenius kreatif yang dimiliki oleh Al
Kharrath, telah menghasilkan beberapa karya sastra yang sangat berpengaruh dalam
sastra Arab modern.
Edwar Al Kharrath telah merilis
lebih dari 50 cerita pendek, syi’ir, ataupun kritikan. Selain itu ia juga telah
menerjemahkan empat belas buku dan juga sejumlah drama ke dalam bahasa Arab. Al
Kharrath memulai karir sastranya sebagai penulis cerita pendek. Koleksi
pertamanya adalah “Hiitan ‘Alia”, yang diterbitkan pada tahun 1959.
Dalam buku ini, menurut seorang kritikus Mesir yang bernama Sabri Hafez,
mengemukakan bahwa alur pemikiran Al Kharrath “berenang melawan arus”. Dalam
cerita ini, Al Kharrath memperkenalkan bahasa sastra baru yang merongrong
bahasa tradisional realisme dengan menyandingkan ke bahasa-bahasa puitis yang
kaya dengan simbol-simbol, metafora, dan juga mitos. Dia terus menentang
harapan pembaca, sebagaimana yang telah digambarkan pada karya berikutnya
tentang cerita pendek “Sa’at Al Kibriya” dan “Ikhtinaqat Al ‘Ishq wal
Sabah” yang masing-masing telah diterbitkan pada tahun 1972 dan tahun 1979.
Al Kharrath digambarkan sebagai
salah satu penulis fiksi yang paling berpengaruh di Mesir. Selain itu, dia juga
merupakan salah satu penulis paling penting di seluruh dunia Arab. Dia adalah
seorang tokoh terkemuka di kalangan penulis Mesir yang dikenal sebagai “Sixties
Generation”. Adapun tokoh-tokoh yang semasa dengan Al Kharrath pada saat
itu adalah Shon’allah Ibrahim, Baha Tahir, Ibrahim Aslan, Yahya Al Thahir
Abdallah, Mohammad Yoesif Al Qu’eid, dan Jamal Al Gitani. Sebagai sosok tertua
di antara para penulis tersebut, Al Kharrath memainkan peran mentor dan
pendukung untuk seluruh generasi novelis muda dan juga para penyair, yang
selalu mencari nasihat dan dorongan. Dia adalah pendiri dan editor sastra dan
budaya jurnal penting “Galiri 68”.
Dua puluh tahun setelah penerbitan
buku pertamanya, Al Kharrath mengalihkan perhatiannya kepada sebuah novel yang
berjudul “Rama wal Tanin”. Sebuah novel yang terdiri dari 329 halaman
dan diterbitkan pada tahun 1980. Dalam novel ini menantang para pembaca untuk
mengikuti kisah Mikhael, seorang Kristen, dan wanita yang sangat luar biasa
bernama Rama, merupakan seorang Muslim. Novel ini mernggambarkan tentang dialog
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang di dalamnya tercampur
unsur dongeng, simbolik, firaun, Yunani, dan juga Islam. Novel ini adalah karya
terbaik dalam karya sastra Edwar Al Kharrath pada masa modern. Munculnya novel
ini mendapatkan banyak pujian dari para kritikus sebagai terobosan untuk novel
Arab, “Rama wal Tanin” penawaran dengan isu-isu modernis, seperti
persepsi dan keterasingan subjektif. Al Kharrath menarik perhatian pada proses
kreatif itu sendiri dan untuk penggunaan kompleks bahasa. Novel ini telah
diterjemahkan oleh Farial Ghazoul dan John Verlenden ke dalam bahasa Inggris.
Dari hasil novel inilah yang membuatnya memperoleh Naguib Mahfouz Medal dalam
bidang sastra pada tahun 1999.
Isu-isu ini akan terus menyibukkan
dirinya dalam novel-novelnya yang lain, seperti “Al Zaman Al Akhar”,
yang diterbitkan pada tahun 1985, “Turabuha Za’faran”, dan “Banat
Iskendereya”. Kedua novel ini merupakan semi-otobiografi, lalu masing-masing
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1989 dan 1993. Novel yang
berjudul “Turabuha Za’faran” ini, selain diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris, juga diterjemahkan dalam bahasa Perancis, Jerman, Italia, Spanyol,
Swedia, dan Yunani. Novel ini mengisahkan tentang kehidupan seorang pemuda
Kibthi di tanah Saffron. Meskipun mendapatkan perhatian yang relatif
sedikit dalam bahasa Inggris, namun tampaknya novel ini dipilih oleh Doris
Lessing sebagai Book of The Year pada tahun 1990. Begitu juga dengan novel “Banat
Iskendereya” yang juga telah ditejemahkan dalam bahasa Italia dan Perancis.
Novel Al Kharrath yang sangat eksperimental ini membuatnya terpandang di mata
para kritikus perintis novel modern di Mesir, bahkan juga membuatnya
mendapatkan perbandingan dengan Marcel Proust dan James Joyce.
Sementara pengalaman penjara Al
Kharrath ini membuat jalan fiksi, ia menolak untuk melihat artis sebagai
promotor salah satu penyebab tertentu. Sebaliknya, dia memandang seni memiliki
nilai epistemologis komprehensif yang mengambil bagian dalam pengalaman manusia
dengan segala kompleksitasnya. Pengalaman manusia yang kompleks ini, ia
menekankan, tidak dapat ditangkap melalui mode naif dan sederhana dari
representasi dominan pada tahun 1940-an dan 1950-an, ketika bahasa seharusnya
mencerminkan realitas.
Al Kharrath telah memenangkan
beberapa penghargaan sastra bergengsi, termasuk Sultan Al Owais Prize pada
tahun 1995 dan Naguib Mahfouz Medal dari American University of cairo pada
tahun 1999. Dia pernah diundang untuk St Antony College, Oxford pada tahun 1979
sebagai sarjana tamu dan telah berpartisipasi dalam berbagai festival budaya,
termasuk Festival Sastra London pada tahun 1999. Al Kharrath yang menjadi
kekuatan pendorong dalam pengembangan novel Mesir Modern, kini dirawat di rumah
sakit Anglo di Kairo pada 20 November. Berdasarkan kabar yang telah disampaikan
oleh putranya, dia telah mengidap penyakit pneumonia. Dia meninggal dunia di
Kairo, Mesir pada tanggal 1 Desember 2015 dalam usia 89 tahun.
DAFTAR RUJUKAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar