MAKALAH
TARIKH ADAB AL ‘ARABY III
TAUFIQ AL HAKIM
(SASTRAWAN ARAB MODERN)
Dosen Pembimbing:
Ahmad Kholil, M.Fil.I
Disusun oleh:
Syaidatu
Alfi Nur Faizah (13310053)
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS HUMANIORA
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2016
KATA PENGANTAR
الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على أمور الدنيا والدين. والصلاة والسلام
على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين. أما بعد...
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT. Karena atas izin dan kehendak-Nya makalah sederhana ini
dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada Rasulullah SAW., keluarga, dan seluruh sahabatnya.
Penulisan dan pembuatan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tarikh al Adab al ‘Araby
III. Adapun yang kami bahas dalam makalah ini mengenai salah satu tokoh
sastrawan Arab modern yang karya-karyanya sangat melejit yaitu “Taufiq al Hakim”.
Dalam penulisan makalah
ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan
kami mengenai hal yang berkenaan dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu,
sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen pembimbing kami yang telah
memberikan limpahan ilmu kepada kami.
Kami menyadari akan
kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini kami sudah berusaha
semaksimal mungkin. Tapi kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar lebih
maksimal.
Harapan kami, makalah ini
dapat menjadi track record dan menjadi referensi bagi kami dalam mengarungi
masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini berguna bagi siapapun yang
membacanya.
Malang,
5 Maret 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada masa modern ini, sastra
dianggap kurang penting dan kurang berperan dalam masyarakat Indonesia. Hal ini
terjadi karena masyarakat Indonesia saat ini sedang mengarah ke arah masyarakat
industri, sehingga konsep-konsep yang berkaitan dengan kebutuhan fisik, sains,
dan berbagai teknologi dianggap lebih penting untuk digapai. Oleh karena itu,
penulis berusaha menggugah kembali setiap masyarakat yang kini telah
mengabaikan adanya sastra, dengan memperkenalkan sastrawan dan keindahan
karyanya.
Ada banyak sastrawan Arab modern,
yang karya-karyanya tidak hanya berkualitas di wilayahnya saja, bahkan
kualitasnya telah mencapai internasional. Pada masa ini pun telah banyak
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, sehingga karya-karya tersebut mampu
menambah minat baca masyarakat terhadap berbagai karya sastra. Diantaranya
adalah karya-karya Thaha Husein, Najib Mahfudz, dan masih banyak yang lain
lagi.
Namun di sini, penulis memilih
pembahasan tentang Taufiq al Hakim karena penulis sangat tertarik dengan salah
satu sastrawan Arab modern ini yang karya-karyanya berkualitas tinggi. Beliau
merupakan sastrawan besar muslim asal Mesir. Kebesaran nama Taufiq al Hakim
sebagai seorang sastrawan, cerpenis, dan novelis, bahkan melampaui Najib Mahfudz
yang konon telah memperoleh penghargaan nobel sastra. Selain itu, Najib Mahfudz
sendiri mengaku bahwa ia adalah “pengagum berat” Taufiq al Hakim. Tak Hanya
pengagum, ia bahkan menyebut Taufiq al Hakim sebagai gurunya. Taufiq al Hakim
ini tidak hanya merupakan sastrawan bestseller saja, tapi megabestseller.
Sayang, di khalayak penikmat sastra
dan pembaca buku di Indonesia, nama Taufiq al Hakim kalah populer dengan Najib
Mahfudz, yang karya-karyanya telah banyak diterjemahkan dan diedarkan di
pasaran. Cukup disayangkan bila karya-karya Taufiq al Hakim belum terlalu
dikenal di Indonesia dibandingkan dengan karya Najib Mahfudz, sehingga di sini
penulis ingin memperkenalkan sosok Taufiq al Hakim kepada para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Biografi Taufiq al Hakim
Dr. Taufiq al
Hakim, sastrawan besar dengan reputasi internasional ini, lahir, bertumbuh, dan
besar di Mesir. Ia dilahirkan pada musim panas, di Dahiyatur Raml, Iskandaria,
Mesir pada tahun 1902. Ia memiliki keturunan Arab-Turki dari keturunan keluarga
petani kaya. Ayahnya bekerja sebagai hakim. Pada usia 7 tahun, Taufiq al Hakim
dimasukkan ayahnya ke sekolah dasar di Damanhur.
Ketika terjadi
pergolakan nasional di Mesir, pada tahun 1919, Taufiq sempat dijebloskan ke
penjara karena turut terlibat di dalamnya bersama pamannya, Hasan. Taufiq
terlibat dalam pergolakan itu di bawah pimpinan Sa’d Zaglul. Penjara
rupa-rupanya menjadi guru terbaik Taufiq dalam mengembangkan pola pikir dan
imaji-kreatifitasnya. Sehingga selepas keluar dari penjara, ia pun
bersungguh-sungguh dalam mengembangkan bakat menulisnya. Ia menulis apa saja
yang ada dalam pikirannya. Pada tahun 1920, Taufiq memperoleh ijazah kaafah
(kredibel).[1]
Lulus dari sekolah
menengah, Taufiq al Hakim melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Hukum. Sementara
bakat seni dan sastranya semakin tumbuh dan berkembang dalam hati dan
pikirannya. Ia pun kemudian bergabung dengan para seniman muda sebayanya,
diantaranya dengan Mahmud Taimur. Pada tahun 1922, ia sudah mulai menyusun
beberapa nakah drama yang dipentaskan oleh grup teater Ukasyah di gedung teater
al Azbekiyah.
Naskah drama yang
dipentaskan diantaranya al Mar’ah al Jadidah, al ‘Aris, dan Khatam
Sulaiman. Namun naskah tersebut tidak diterbitkan. Hal itu menunjukkan
bahwa karya-karya tersebut dianggapnya masih belum sempurna. Walaupun demikian
ia dianggap sebagai peletak dasar dramaMesir modern. Dialah yang menjadikan
drama sebagai genre sastra di dunia Arab.
Pada tahun 1924,
Taufiq al Hakim menyelesaikan studi pada Sekolah Tinggi Hukum. Ia meminta
kepada ayahnya agar diizinkan pergi ke Paris dengan alasan untuk melanjutkan
studi hukum. Ayahnya sangat senang dan menyetujui keinginannya. Akan tetapi,
selama 4 tahun berada di Paris ia tidak sedikitpun menyentuh masalah-masalah
hukum. Selama itu, ia gunakan untuk membaca novel sebanyak-banyaknya, mendalami
sastra dan teater, baik di Perancis maupun di luar Perancis. Ia juga sangat
suka dengan musik barat. Seluruh waktunya dihabiskan di gedung-gedung opera,
konser-konser musik, dan mendalami teater. Selain itu juga dihabiskan membaca
sebanyak-banyaknya budaya dan intelektualitas dari masa klasik dan masa modern.
Pada tahun 1928,
Taufiq al Hakim kembali ke Mesir dan bekerja sebagai anggota Dewan Perwakilan
Rakyat sampai tahun1934. Kemudian ia menjadi Direktur Pelaksana pada Departemen
Pendidikan dan Pengajaran sampai tahun 1939. Lalu dirinya pindah ke Departemen
Sosial dengan jabatan sebagai direktur pada Departemen Pelayanan Sosial. Meski
sibuk dengan kegiatan yang berkaitan dengan jabatannya, ia masih aktif menulis,
baik cerpen, novel, maupun naskah drama.
Pekerjaannya
sebagai anggota senat dan seringnya mengunjungi daerah-daerah dan
perkampungan-perkampungan, melahirkan karya tulis berupa catatan harian
berjudul Yaumiyyat an Naib fi al Aryaaf.
Taufiq al Hakim
pensiun dari pegawai negeri (dari jabatan-jabatan resmi pemerintahan) pada
tahun 1943. Kemudian ia mencurahkan hidupnya untuk seni, sampai ia wafat tahun
1987 di Kairo.[2]
2.2
Karya-Karya Taufiq al Hakim
Taufiq al Hakim merupakan sastrawan Arab yang banyak melahirkan naskah
drama. Taufiq al Hakim meninggal dunia pada tahun 1987 dengan mewariskan lebih
dari 60 naskah drama Arab modern, 2 kumpulan cerpen dan 20 novel yang bermutu
tinggi. Adapun beberapa dari karya-karyanya diantaranya
sebagai berikut:[3]
1. الضيف
الثقيل merupakan naskah drama yang ditulis ketika ia masih remaja pada
saat terjadi revolusi 1919 melawan penjajah Inggris.
2. أهل
الكهف (1935), merupakan sebuah karya terjemahan. Karya ini adalah
karya masrahiyyah terbaik dalam sastra Arab modern yang diambil dari
kisah Ashabul Kahfi dalam al Qur’an.
3. عودة
الروح, merupakan karya Taufiq al
Hakim berupa novel yang diterbitkan pada tahun 1933 oleh Dar al Syuruq di
Kairo. Ilmuwan timur dari Jerman mengatakan bahwa ‘Audatur Ruh ini merupakan
novel Mesir yang temanya berisikan tentang kebangkitan Mesir, beberapa suku,
dan juga tuntutan adanya kebebasan. Dalam novel ini pula, percakapan ditulis
dalam bahasa ‘Amiyah, sedangkan isinya menggunakan bahasa fushah.
Begitulah uslub yang dapat kita temukan pada novel ini, menggunakan dua
bahasa. Novel ‘Audatur Ruh yang diterbitkan pada tahun 1933 ini,
merupakan gerbang pembuka menuju sastra Arab yang modern secara umum.
Kesuksesan ‘Audatur Ruh ini diikuti oleh
novel-novel berikutnya.[4]
4. أهل
الكهف (1933), merupakan sebuah karya naskah drama.
5. نائب في الأرياف يوميات
6. أرني
الله merupakan antologi cerpen,
yang mana nama ini diambil dari salah satu cerpen karyanya. Dalam antologi ini
termuat 18 cerpen Taufiq al Hakim, diantaranya adalah Arinillah
(Lihatkan Allah Padaku), Asy Syahiid (Sang Martir), Mauzi’ul Barid
(Seorang Tukang Pos), Wakaanatid Dunya (Dan Dunia Pun Ada), Daulatul
Ashaafir (Negeri Burung Pipit), dan masih banyak lagi yang lainnya.
Kesimpulan cerpen Arinillah ini mengisahkan tentang seorang lelaki saleh
yang bersih hatinya. Ia memilki seorang anak lelaki, meskipun masih kecil tapi
cerdasnya luar biasa, fasih bicara pula. Sang bapak acapkali duduk bercengkrama
dengan anak semata wayangnya. Hebatnya, di saat bercengkrama itu, pembicaraan
mereka tidak nampak layaknya seorang anak dan bapak. Tapi mereka ngobrol
layaknya teman akrab saja. Bagi mereka, perbedaan umur yang terpaut sangat jauh
seumpama tirai halus dari sutra yang gampang tersingkap saat dihembus angin.
Suatu saat sang anak meminta ayahnya “Arinillah (Lihatkan Allah
Padaku)”. Sang ayah pun pergi mencari ahli agama yang dianggapnya sangat paham
tentang hal ini, karena ia tak mau membawa tangan kosong kepada sang anak namun
tidak ada hasil. Hingga suatu saat ia pergi kepada ahli ibadah, dan meminta
untuk memperlihatkan Allah padanya. Setelah itu, lelaki itu menghilang ke
tempat yang tidak diketahui, sampai anak dan istrinya mencari. Dan akhirnya
lelaki itu ditemukan di lereng yang jauh dari kota dalam keadaan mendapat cinta
Allah walau hanya setengah dzarrah, hingga perkataan manusiapun sama
sekali tidak dihiraukannya, karena hanya Allah yang ada dalam dirinya.[5]
7. شهرزاد (1934), sebuah karya
terjemahan.
8. عصفور
من الشرق, merupakan sebuah karya drama.
9. أهل
الفن, sebuah karya kumpulan dari tiga fragmen naskah drama, sebuah
cerpen komedi, dan dua cerpen.
10. القصر
المسحور (1936), sebuah karya novel yang ditulis bersama Thaha Husen.
11. محمد (1936), sebuah biografi Nabi
Muhammad saw dalam bentuk cerita.
12. عهد
الشيطان (1938), sebuah karya antopologi cerpen sosial.
13. سليمان
الحكيم, sebuah judul naskah drama.
14. بيغاليون (1949), sebuah karya
terjemahan.
15. أوديب (1949), sebuah karya
terjemahan.
16. إيزيس (1955), sebuah judul naskah
drama.
17. الصفقة (1956), sebuah judul naskah drama.
18. السلطان الحائر (Dar al Syuruq, 1960), sebuah karya terjemahan.
19. يا طالع شجرة (1962), sebuah karya terjemahan.
20. شمس النهار merupakan salah satu naskah drama karya Taufiq al Hakim. Drama “Syamsun
Nahaar” ini ditulis Taufiq al Hakim pada tahun 1965, dan diterjemahkan
serta tersebar dalam bahasa Inggris di Amerika pada tahun 1981. Masalah
lingkungan kerajaan dan alam bebas menjadi latar cerita drama “Syamsun
Nahaar” memiliki daya pikat dan nilai tambah bagi pembaca. Hal ini
mengajarkan bahwa dimanapun kita berada kita harus menempatkan posisi kita
sesuai dengan lingkungan tersebut. Kelebihan lainnya adalah gaya bahasa yang
lugas, jernih, mudah dipahami serta pencitraan yang terdapat dalam drama
Syamsun Nahaar mudah diekspresikan dan diinterpretasikan.[6]
21. تأملات سياسية, sebuah karya buku
22. زهرة العمر
23. الرباط المقدس
Inilah keajaiban
karya Taufiq al Hakim yang berupa cerpen, drama, dan kesenian-kesenian sastra
lainnya. Baginya sastra merupakan sesuatu yang akan menjaga nilai-nilai
kemanusiaan dan ummat.
[1] Anif Sirsaeba, Dalam perjamuan Cinta (Jakarta:
Penerbit Replubika, 2008) Hlm. 151-152
[2] Ahmad Atho’illah Fathoni, Leksikon Sastrawan Arab
Modern (Yogyakarta: Datamedia, 2007) Hlm. 145
[3] Ibid., 146
[4] Jamaluddin ar Rimadi, Min
A’lamil Adabil Ma’ashir, (pdf) Hlm. 137
[5] Anif Sirsaeba, Dalam perjamuan Cinta (Jakarta:
Penerbit Replubika, 2008) Hlm. 17-23
[6] Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab klasik dan
modern (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009) Hlm. 45
DAFTAR PUSTAKA
Ar Rimadi, Jamaluddin. ___. Min A’lamil Adabil
Ma’ashir (pdf). Beirut: Darul Fikr al ‘Arabi
Atho’illah
Fathoni, Ahmad. 2007. Leksikon Sastrawan Arab Modern. Yogyakarta:
Datamedia
Kamil, Syukron. 2009. Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern.
Jakarta: Rajawali Pers
Sirsaeba, Anif. 2008. Dalam Perjamuan Cinta. Jakarta: Penerbit
Replubika
1 komentar:
mbak,, izin nutip dikitdikit yak,hehe ,, aku adek tingkat pean, salam kenal
Posting Komentar