Filologi berasal dari bahasa Yunani “philos” yang berarti cinta dan “logos” yang berarti kata, sehingga dapat diartikan
“senang bertutur” dan kemudian berkembang menjadi “senang belajar/senang
kebudayaan”. Dalam Lisanul Arab dinyatakan:
(ح-ق-ق) حقه يحقه حقا وأحقه كلاهما
أثبته وصار عنده حقا لا يشك فيه وأحقه صيره حقا وحقه وحققه صدقه... الخ
Adapun
tugas dari Filologi itu sendiri adalah mempelajari naskah-naskah yang masih
ditulis tangan berupa manuskrip kemudian diteliti dan dipastikan kebenaran
teksnya serta menatanya sebaik mungkin, sehingga sampai kepada pembaca.
Filologi terbagi menjadi 2, yaitu tradisional dan modern. Filologi tradisional
berhubungan dengan teks-teks lama dengan bentuknya yang asli, sedangkan
Filologi modern berhubungan dengan isi teks lama dan transmisinya.
Objek
kajian Filologi berupa naskah dan teks klasik (manuskrip) yang tertulis di kulit
kayu, daun lontar, bambu, kertas, papirus, dll. Pengertian dari klasik tersebut
berarti naskah dan teks yang diproduksi pada masa lampau, pra modern; antara
40-50 tahun yang lalu.
Tujuan
umum kajian Filologi:
- Mengungkapkan produk masa lampau melalui peninggalan tulisan
- Mengungkapkan fungsi peninggalan tulisan pada masyarakat penerimanya, baik masa kini maupun lampau
- Mengungkapkan nilai-nilai budaya masa lampau
Tujuan
khusus kajian Filologi:
- Mengungkapkan bentuk mula teks yang tersimpan dalam peninggalan tulisan masa lampau
- Mengungkapkan sejarah perkembangan teks
- Mengungkapkan sambutan masyarakat terhadap suatu teks sepanjang penerimanya
- Menyajikan teks dalam bentuk yang terbaca oleh masyarakat masa kini, yaitu dalam bentuk suntingan
Filologi pertama kali berkembang di
Iskandariah, sebuah wilayah yang terpengaruh oleh Yunani dan kemudian
berkembang luas di Eropa. Awal kali dilakukan oleh Yunani pada abad ke 3M. Ahli
Filologi pertama disebut dengan Madzhab Iskandariah. Beberapa naskah
yang yang ditelaah pada periode awal diantaranya karya sastra Homerus, tulisan
Plato, Aristoteles, dll. Setelah Iskandariah jatuh di bawah pengaruh Romawi,
kegiatan Filologi berpindah ke Eropa Selatan, pusatnya di wilayah Roman.
Pada abad ke 5M, ahli Filologi Eropa
melakukan eksodos ke wilayah Persia, akibat perpecahan di kalangan kerajaan di
kota Edessa. Pada masa Abbasiyah, peradaban Islam mengalami kemajuan, sehingga
pada masa itu terdapat tradisi saling transfer ilmu pengetahuan. Pada saat itu
pula, lahirlah penerjemah-penerjemah ternama seperti Qusta bin Luqa, Hunain bin
Ishaq, al Hubaisyi, Ibnu al Muqoffa.
Pada abad ke 17M, studi teks klasik
Arab dan Persia di Eropa sudah dianggap mantap. Selain naskah Arab dan Persia,
ditelaah pula naskah Turki, Ibrani, dan Syiria.
Penghujung abad 18M, di Paris
didirikan banyak pusat studi ketimuran oleh Silveter de Sacy yang merupakan
bapak orientalis Eropa. Karena dengan pusat studi yang didirikannya, Ecoledes
Orientalis Vivantes banyak melahirkan orientalis Eropa yang menekuni pengkajian
karya tulis kawasan Timur Tengah.
Sedangkan di wilayah Nusantara
sendiri, munculnya Filologi terdapat pada sekitar abad 16M.
Pengumpulan, pengoleksian, dan penelitian manuskrip oleh mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN Maulana Malik Ibrahim Malang:
Pengumpulan, pengoleksian, dan penelitian manuskrip oleh mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN Maulana Malik Ibrahim Malang:
- Dosen pembimbing: M. Faishol, M.Ag
- Jurusan Bahasa dan Sastra Arab
- Fakultas Humaniora
- UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar